Music arrangement :
DAW : FL Studio 12
Instrument Plugin :
- Slayer 2
- Boobass
- Ezdrummer 2
Mastering : Izotope Ozone 4
Dear Elly,
Istriku yang jenong...
Teman hidup yang belakangan berat badannya kian bertambah...
Ibu dari buah hatiku...
Selamat ulang tahun ya...
Semoga sehat dan bahagia selalu...
Semoga semakin sabar menghadapi aku...
Semoga selalu menjadi ibu yang baik buat Kila dan adiknya (belum ada sih... tapi secepatnya kalo bisa kita adain ya... hehehe)
Maaf aku nggak bisa romantis seperti harapanmu...
Aku juga nggak bisa ngasih kamu apa-apa kecuali doa...
Tapi aku yakin kamu pasti tau betapa sayangnya aku sama kamu kan?
Sekali lagi... SELAMAT ULANG TAHUN YA SAYANG...
Istriku yang jenong...
Teman hidup yang belakangan berat badannya kian bertambah...
Ibu dari buah hatiku...
Selamat ulang tahun ya...
Semoga sehat dan bahagia selalu...
Semoga semakin sabar menghadapi aku...
Semoga selalu menjadi ibu yang baik buat Kila dan adiknya (belum ada sih... tapi secepatnya kalo bisa kita adain ya... hehehe)
Maaf aku nggak bisa romantis seperti harapanmu...
Aku juga nggak bisa ngasih kamu apa-apa kecuali doa...
Tapi aku yakin kamu pasti tau betapa sayangnya aku sama kamu kan?
Sekali lagi... SELAMAT ULANG TAHUN YA SAYANG...
Image by publicdomainpictures.net |
Apa kabar? Kamu baik-baik saja kan di situ? Ya aku rasa begitu, bagimu tanpa adanya aku keadaanmu akan jauh lebih baik bukan?
Aku harap kamu tidak shock saat membaca coretan dariku ini, sepeti ketika pertama kali dulu aku tahu bahwa selama ini kamu hanyalah seseorang yang cuma memberiku harapan yang kosong. Ternyata kedekatan kita yang selama ini yang aku anggap sebagai kedekatan antara dua orang yang saling jatuh cinta, di matamu kau anggap hanyalah sebagai kedekatan antara dua orang sahabat setia, tidak lebih.
O iya, ngomong-ngomong tidakkah kamu ingin tahu dengan keadaanku sekarang ini? Oke… Baiklah, aku sudah tahu jawabanmu.
Masih ingatkah kamu pada malam di mana aku harus mendengar jawaban yang sama sekali tidak ingin kudengar darimu itu? Malam di mana tiba-tiba semuanya menjadi berubah jauh dari apa yang aku sudah bayangkan sebelumnya. Asal kamu tahu, aku tak akan pernah bisa lupakan itu. Sampai sekarang, genap sewindu sudah. Waktu memang cepat sekali berlalu ya? Tidak seperti kamu yang masih saja terus setia mengitari pikiranku.
Sewindu, seharusnya waktu yang cukup untuk bisa membuat aku lupa denganmu, atau setidaknya membuat aku bisa melupakan perasaan yang pernah ada untukmu. Tapi tidak, waktu yang berlalu tersebut ternyata tidak pernah sanggup mengajari aku untuk bisa mengerti kenyataan bahwa kamu tak akan pernah bisa untuk membalas semua perasaaanku ataupun mengajari aku cara bagaimana agar aku bisa untuk melupakanmu. Entah, mungkin akunya yang terlalu bodoh untuk diajari oleh waktu, atau mungkin malah akunya saja yang memang malas untuk mempelajari cara untuk melupakanmu, dan lebih memilih berharap pada keajaiban yang siapa tahu akan mengubah pikiranmu.
Aku tahu di luar sana banyak perempuan cantik yang melebihimu, kenapa tidak aku cari yang lain saja? Seperti yang pernah kamu sarankan. Tapi masalahnya aku sendiri sampai saat ini tidak mengerti kenapa aku bisa menjadi seperti orang buta begini, yang terlihat di mataku cuma kamu. Lagi pula perempuan cantik di luar sana bukanlah KAMU.
Aku sadar saat setelah kamu tahu isi hatiku yang sebenarnya, kamu sebisa mungkin mencoba untuk membuat jarak denganku. Entah siapa yang salah. Akukah yang salah karena terlalu percaya diri dengan apa yang aku harapkan, atau mungkin waktu dan keadaanlah yang salah karena telah mengubah apa yang tadinya biasa saja menjadi sesuatu yang tidak biasa, atau malah kamu yang salah karena telah begitu besar memberikan aku harapan? Aku tak pernah mengerti mengapa kamu bisa menjadi sebenci ini kepadaku. Yang pasti, aku kira mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan, haruskah aku meminta maaf kepadamu agar semua bisa kembali seperti sedia kala?
Sadarkah kita memiliki begitu banyak kesamaan, tapi kenapa kamu tak pernah bisa untuk memiliki perasaan yang sama denganku?
Begitu banyak kebetulan yang ada di dunia ini, tapi kenapa semesta tak pernah menciptakan sebuah kebetulan bahwa kamu juga menyukaiku?
Seandainya saja kamu bisa menjadi aku, seandainya saja kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan, seandainya saja apa yang kuandaikan ini nyata. Ah... Seandainya saja aku tak banyak berandai-andai tentang kamu seperti ini, mungkin tak akan pernah aku seperih ini.
Dari sekian banyak pilihan, kenapa tak pernah terlintas di kepalamu untuk menjatuhkan hatimu kepadaku? Kamu curang Bella…
Oke… mungkin aku memang harus sadar, bahwa ternyata dua orang yang pernah begitu dekat tidak selamanya akan berakhir menjadi sebuah pasangan.
Aku begitu mengenalmu. Aku tahu kamu adalah orang yang selalu berpegang teguh pada pendirian. Begitu juga denganku, aku yakin kamu juga sudah hafal betul sifat keras kepalaku. Lantas bagaimana seandainya jika kamu tetap berpegang teguh pada pendirianmu untuk tak membalas perasaanku, sedangkan aku sendiri juga selamanya akan keras kepala dengan keinginanku untuk bisa menjadi seseorang yang memilikimu? Apakah kita selamanya akan terus begini? Haruskah seumur hidup aku hanya bisa memimpikanmu? Sedangkan kamu sendiri begitu nyata.
Aku menyayangimu dengan harapan kamu juga bisa menyayangiku. Bukan seperti ini, aku berikan sayangku kepadamu namun sayang, kamu tak pernah bisa untuk membalas kasih sayangku ini.
Selama ini aku mencoba untuk memperbaiki diriku sendiri dengan tujuan agar kamu bisa melihatku di sini. Aku mencoba mengubah apa yang bisa aku ubah agar bisa menjadi orang yang kamu inginkan, agar kamu bisa menerimaku. Namun semuanya seakan tak berarti apa-apa. Entah apalagi yang harus aku lakukan agar kamu bisa kembali menoleh ke arahku seperti saat semuanya masih biasa saja?
Menghabiskan sekian waktu bersama denganmu, entah mengapa aku merasa begitu yakin bahwa kamulah orang yang selama ini aku cari, orang yang kelak akan menjadi pendamping seumur hidupku. Namun sayang, pada akhirnya aku sadar, ternyata kamu bukanlah orang yang ditakdirkan oleh Tuhan untuk menjadi milikku, kamu hanyalah orang yang ditakdirkan oleh Tuhan hanya untuk melintasi kehidupanku, tidak lebih.
Baiklah… tak apa jika ternyata kita tak berjodoh di kehidupan ini. Tapi di kehidupan kedua nanti, bersediakah kamu untuk menjadi pasanganku, Bella?
*Tulisan ini diikutsertakan dalam kompetisi menulis #CintaDalamkata IDNtimes.com
Image by Pixabay.com |
Saya rasa di dunia ini nggak ada orang yang hidupnya ingin selalu bernasib sial, malang dan menyedihkan, kecuali dalam dunia sinetron (karena mereka memang dibayar untuk itu). Orang-orang yang dari awal cerita selalu bernasib malang dan selalu didzolimi oleh orang-orang disekitarnya maka akan mendapatkan kebahagiaannya pada akhir episode. Meskipun semua orang mengharapkan kebahagiaan, tapi entah kenapa hanya sedikit orang yang mau mendapatkan derita terlebih dahulu sebelum ia mendapatkan kebahagiaanya. Padahal teori kebahagian itu jelas : Berakit-rakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Agak klise memang, tapi itulah teori kebahagiaan yang paling klasik dan masih dipercaya hingga sekarang. Intinya, untuk bahagia itu nggak mudah, dibutuhkan sebuah pengorbanan untuk menggapainya.
Setiap orang mungkin mempunyai definisi yang berbeda-beda untuk memaknai sebuah kebahagiaan. Bahkan dalam ranah linimasa twitter sendiri pernah tercipta sebuah hashtag #BahagiaItuSederhana. Di mana dalam taggar tersebut semua orang (yang punya twitter) bebas mendefinisikan bahagia yang paling sederhana itu seperti apa. Mulai dari sekedar bisa BAB rutin setiap pagi, mendapat ucapan selamat pagi dari gebetan, hingga cuma sekedar bisa makan nasi padang setelah sejak lahir tidak pernah makan nasi padang. Semua sah-sah saja. Sekali lagi definisi bahagia bagi setiap orang itu berbeda-beda, lain orang lain pula versinya. Tapi ngomong-ngomong apakah bahagia itu masih akan terlihat sesimple itu jika apa yang menurut kita membuat bahagia ternyata menyedihkan bagi orang lain?
Baiklah, balik lagi. Dari hashtag #BahagiaItuSederhana itu tadi dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan bukan cuma diukur dari materi saja. Orang yang hidupnya jauh dari kata mewah pun bisa bahagia, sebaliknya orang yang punya harta berlebih bisa jadi hidup mereka kurang bahagia. Semua tergantung pada kadar rasa syukur yang dimilki oleh masing-masing orang. Semakin tinggi rasa syukur yang dimiliki, maka orang tersebut akan lebih dekat dengan kebahagiaan.
Mungkin kamu pernah mendengar kalimat : “Masa kecil kurang bahagia”. Kalimat ini pada umumnya diucapkan ketika melihat orang yang bukan anak kecil lagi melakukan sesuatu yang lazimnya hanya dilakukan oleh anak kecil dengan tujuan untuk mempersenang diri sendiri. Selama itu tidak mengganggu kebahagiaan orang lain dan selama kita bisa mempertanggungjawabkan kebahagiaan kita, kenapa tidak?
Kamu juga pasti sering mendengar semboyan “Yang penting happy”. Meskipun bukan tujuan yang paling utama, tapi mendapatkan kebahagian merupakan prioritas penting dalam segala hal. Kita hanya perlu mempertimbangkan : Kira-kira merusak kebahagian orang lain atau tidak apa yang menurut kita bisa membahagiakan diri kita sendiri? Jadi, meskipun korupsi bisa bikin kita bahagia, tapi kalo ternyata berpotensi bikin banyak orang lain menjadi tidak bahagia, kenapa masih saja dilakukan?
Mungkin kamu pernah juga berkhayal untuk menjadi orang lain yang menurut kamu lebih bahagia dari kamu. Atau mungkin sering membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Baiklah… Saya sering. Membayangkan menjadi orang lain ataupun membadingkan apa yang kita miliki dengan kepunyaan orang lain yang menurut kita hidupnya lebih bahagia dari kita mungkin memang nggak dosa. Tapi apapun alasannya, saat kita merasa kurang puas dengan keadaan kita sekarang ini, yang ada kita malah sangat rawan untuk masuk ke dalam golongan orang-orang yang lupa bersyukur. Dan kembali lagi, saat kita kurang bersyukur maka kita akan semakin berpotensi untuk sering merasakan ketidakbahagiaan.
Saya rasa hal ini nggak perlu kita alami kalo seandainya kita tidak terlalu fokus pada apa yang kita inginkan, tapi lebih fokus pada apa yang telah kita miliki. Terlalu banyak keinginan memang nggak salah, tapi sadar atau nggak justru hal inilah yang malah membuat hidup kita selama ini jadi ‘kurang merasa tenteram’. Apa yang kamu miliki saat ini, itulah jatah yang udah Tuhan anugerahkan buat kamu, jadi nikmati dan syukurilah. Toh Tuhan pasti lebih tau kebutuhan hidup seseorang sesuai dengan porsinya. Kalo kamu pengin porsi yang lebih dari yang sekarang, maka berusahalah, bukan cuma memasukannya ke dalam daftar keinginan dan kemudian mengkhayalkannya.
Bahagia adalah harapan semua orang. Itulah mungkin kenapa dalam lagu selamat ulang tahun kita selalu didoakan “Selamat panjang umur dan bahagia”. Padahal kalo dipikir-pikir, panjang umur belum tentu menjamin kebahagiaan seseorang. Konon, orang-orang yang baik matinya lebih cepat dari orang-orang yang semasa hidupnya sering berbuat tidak menyenangkan untuk orang lain. Atau dengan kata lain : Orang yang baik katanya dipanggil sama Tuhan-Nya lebih cepet daripada orang yang nggak baik. Terserah percaya atau tidak?
Ngomong-ngomong, apakah saya sudah bahagia saat ini? Sebuah pertanyaan sederhana yang tidak sengaja terlintas dipikiran saya belum lama ini. Mungkin tidak sengaja pernah terlintas juga dipikiran kamu juga. Namun pertanyaan tersebut seolah-olah menyerupai sebuah jebakan yang justru malah menjebak diri kita sendiri. Saat kita merasa bahwa kita tidak sedang bahagia dengan keadaan kita saat ini, bisa jadi kita sedang tidak bersyukur atas apa yang telah kita miliki. Sebab, ketika kita kurang bersyukur, apa yang ada di sekitar kita seolah-olah hanya akan terasa lebih mempersulit kita untuk bahagia.
Yang terakhir tapi nggak kalah penting, sesibuk apapun kamu untuk membahagiakan orang lain, jangan sampai kamu lupa untuk bahagiain diri kamu sendiri. Sebab semua orang berhak kok untuk bahagia. Lakukan apapun yang menurutmu bisa membuatmu bahagia tanpa harus menyakiti orang lain. Siapa tau kebahagiaan kamu merupakan kebahagiaan bagi orang lain juga.
*Sebelumnya tulisan ini pernah dipublish di merasabodoh.com
In
Diary,
Heavy Birthday
Pada dasarnya ulang tahun adalah penambahan satu angka pada usia kita sekaligus pengurangan satu tahun masa dalam hidup kita. Entah bagaimana sebaiknya kita menyikapinnya, mesti seneng karena kita masih diberi kesempatan untuk hidup, atau malah mesti sedih karena umur kita bertambah tua dan semakin dekat dengan yang namanya 'tutup usia'.
Bagi sebagian orang berpendapat bahwa hari ulang tahun adalah hal yang wajib untuk dirayakan. Entah apanya yang mesti dirayakan, karena tanpa disadari bahwa sebenernya di balik momen yang dianggap membahagiakan tersebut ada satu hal yang bagi saya cukup menakutkan, yaitu pengurangan masa hidup. Tapi ada juga orang yang berpendapat bahwa hari ulang tahun itu biasa aja, sama seperti hari-hari yang lain, nggak ada yang istimewa. Saya sendiri sih mungkin lebih memilih buat banyak-banyakin bersyukur aja. Masih diberi kesempatan buat hidup dalam keadaan sehat merupakan sebuah hal yang wajib banget buat disyukuri bukan?
Sesuai dengan namanya : ulang tahun, seharusnya sih di hari itu kita berhak diberi kesempatan untuk bisa mengulangi tahun-tahun yang udah pernah kita lewati, setidaknya sehari aja kita bisa memutar kembali tahun-tahun yang kita anggap kurang memuaskan untuk kemudian kita perbaiki, sehingga nggak muncul yang namanya penyesalan di tahun-tahun yang sedang kita jalani sekarang. Hahaha... pengennya sih gitu... Tapi kalo tahunnya diulang-ulang mulu, kapan sampenya? Oke, sekali lagi ulang tahun hanyalah sebuah istilah. Tetap di hari itu nggak ada tahun yang bisa kita ulangi.
Berbicara tentang ulang tahun, biasanya identik dengan makan-makan, kado dan perlakuan istimewa bagi orang yang sedang ulang tahun. Entah siapa yang pertama kali memulainya. Seseorang yang sedang berulang tahun diwajibkan untuk mentraktir teman-temannya, sedangkan teman-temannya yang ditraktir tadi diwajibkan untuk memberi kado kepada yang sedang berulang tahun. Meskipun di hari-hari biasa kita juga sering mentraktir orang lain atau pun diberi kejutan, tapi di hari ulang tahun kedua hal tersebut menjadi lebih berasa spesial. Dan semua itu akan benar-benar disebut spesial ketika kita diceplokin pake telor oleh teman-teman kita. (Tapi sependek ingatan saya, belum pernah sekali pun ulang tahun saya dirayakan dengan acara ceplok-ceplok telor segala oleh teman-teman. Hahaha... mungkin teman-teman saya nggak ada yang rela ngeluarin modal beli telor buat diceplokin ke saya kali yah... Daripada telornya diceplokin ke saya, mending mereka ceplokin sendiri buat dimakan. Hahaha... Atau jangan-jangan selama ini saya memang nggak punya teman sama sekali.... Hahaha...)
Entah mengapa saya merasa semakin usia kita banyak, ulang tahun itu semakin nggak ada artinya. Saya merasa ulang tahun belakangan ini menjadi semakin biasa aja, nggak ada yang spesial, nggak ada kado, nggak ada kejutan, bahkan ucapan selamat ulang tahun paling-paling hanya saya dapatkan dari isteri saya seorang, sisanya paling-paling ucapan selamat berbentuk email spam dari situs-situs jejaring sosial yang saya punya. Karena beberapa tahun belakangan ini memang cuma isteri saya doang orang yang tau hari kelahiran saya. Jadi, semakin sedikit yang ngasih ucapan, maka semakin sedikit juga yang mendoakan saya supaya panjang umur dan bahagia. Dengan begitu, kalo seandainya isteri saya lupa, ya udah... nggak ada orang yang ngucapin apalagi ngedo'ain. Hahaha... Tapi saya yakin sih, ucapan dan doa tulus dari satu orang doang (isteri saya) juga udah cukup buat didengar dan dikabulkan oleh Tuhan. Daripada banyak yang ngedoain dengan doa yang macem-macem nanti Tuhan malah jadi repot dan bingung memilih doa mana duluan yang mesti dikabulkan. Hahaha... dosa nggak yah kalimat saya yang barusan? Astaghfirullahal'adzim...
Di usia saya yang udah seperampat abad lebih ini, saya sih nggak berharap banyak-banyak. Nggak berharap dapet banyak ucapan, kejutan apalagi kado. (Tapi kalo ada yang mau ngasih sih saya terima aja dengan senang hati. Hahaha...) Harapan saya cuma satu : 'Semoga Tuhan memberikan saya dan orang yang saya sayangi serta menyayangi saya diberi kesehatan dan kebahagian selalu', sebab tanpa kesehatan dan kebahagiaan, harapan dan doa saya yang lain nggak akan berarti apa-apa. Sisanya, saya yakin Tuhan lebih hafal semua lafalan doa tulus saya yang hampir setiap hari saya panjatkan kepada-Nya.
In
Komat-Kamit,
Opini
Kemacetan di Jakarta dan Sebagian Kecil Solusinya serta Peran Masyarakat Dalam Mengurangi Kemacetan
Macet, rasanya situasi tersebut sudah tidak aneh lagi bagi para pengguna jalanan di kota-kota besar di Indonesia, termasuk juga di kota Jakarta, kota yang saat ini saya tinggali. Baik pagi, siang maupun sore hari rasanya hampir tak ada bedanya, jalanan selalu penuh sesak oleh kendaraan-kendaraan yang hampir tak bergerak. Dibilang bosan, tentu saja fenomena macet sangat membosankan, tapi mau bagaimana lagi? Ya inilah Jakarta, kota yang terkenal dengan kemacetannya.
Kemacetan tentu saja tidak akan menjadi masalah yang serius jika seandainya tidak memiliki dampak yang negatif serta merugikan banyak pihak. Beberapa dampak nagatif yang saya kutip dari Wikipedia tersebut diantaranya: kerugian waktu, pemborosan energi, meningkatkan polusi udara, meningkatkan stress pengguna jalan, serta mengganggu kelancaran kendaraan darurat seperti ambulans, pemadam kebakaran dalam menjalankan tugasnya dan masih banyak lagi dampak negatif lainnya. Pada intinya macet hampir tidak memberikan dampak yang menguntungkan kecuali bagi pedagang asongan yang sering menjajakan dagangannya di tengah-tengah kemacetan.
Macet merupakan masalah yang sangat klasik. Pertama kali saya mendengar istilah macet saja adalah ketika usia Saya masih sangat kecil, yaitu lewat lagu Si Komo Lewat Tol yang dinyanyikan oleh Melisa dan Kak Seto. Lagu tersebut sebenarnya secara tidak sengaja telah memberikan solusi untuk kemacetan, yaitu lewat jalan tol. Namun pada kenyataanya, saat ini jalan tol sudah hampir tak ada bedanya dengan jalan biasa, sama saja macetnya. Dan dari lagu Si Komo Lewat Tol tersebut kita tahu, bahwa ternyata dari dulu macet memang cukup membuat bingung Pak Polisi dan juga orang-orang.
Secara umum, kemacetan terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara pertumbuhan kendaraan bermotor yang terus bertambah dibanding dengan daya tampung jalan yang digunakan sebagai sarana untuk berjalan kendaraan-kendaraan tersebut. Ya, bagaimana tidak terjadi penumpukan kendaraan di jalan yang kapasitasnya tidak bertambah sedangkan kendaraan-kendaraan yang melintasi jalan tersebut setiap hari jumlahnya semakin bertambah dan terus bertambah?
Dari penjelasan singkat di atas tadi sebenarnya sudah dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi kemacetan solusinya cuma 2, yaitu: pembatasan volume kendaraan atau menambah sarana jalan. Tapi pada prakteknya penyelesaianya tidaklah sesederhana itu. Solusi-solusi tersebut tidaklah sebegitu mudahnya untuk diimplementasikan di lapangan. Banyak sekali aspek yang menjadi kendala serta tentu akan timbul pro dan kontra dalam pelaksanaannya.
Seperti yang kita ketahui, untuk mengatasi hal ini, pemerintah tidak tinggal diam. Bahkan pemerintah telah mengupayakan berbagai cara agar masalah kemacetan bisa teratasi, mulai dari: pengadaan busway, layanan MRT (Mass Rapid Transit), comutter line, pemberluakuan 3 in 1 pada jam-jam tertentu di beberapa ruas jalan protocol, dan belum lagi wacana tentang pemindahan Ibu Kota Negara ke kota lain yang sampai sekarang solusi-solusi tersebut tampak belum terasa efeknya dalam mengurangi kemacetan yang ada di Jakarta.
Banyak yang beranggapan bahwa kemacetan di Jakarta itu tidak akan pernah terselesaikan. Bisa jadi pendapat tersebut tidak sepenuhnya benar, tapi tidak juga sepenuhnya salah. Pendapat tersebut bisa saja menjadi benar jika kita semua diam saja, tidak memiliki kepedulian serta kesadaran dalam berlalulintas serta tidak berbuat apa-apa untuk mengurangi kemacetan. Saya sendiri yakin bahwa setiap permasalahan yang ada, sesulit apapun itu, jika kita mau mencari dan mau memikirkannya pasti selalu ada jalan keluarnya. Lucunya, kebanyakan orang yang pesimis dengan permasalahan macet di Jakarta tadi justru malah sibuk mencari pihak-pihak yang bisa disalahkan, bukan malah mencari solusi terbaik bagaimana kemcetan tersebut bisa terpecahkan, padahal yang kita butuhkan untuk memecahkan masalah kemacetan ini hanyalah solusi.
Saya yakin setiap orang punya solusi sendiri-sendiri, selama orang tersebut masih memiliki akal sehat. Dan berikut ini adalah beberapa langkah yang menurut Saya mungkin bisa dilakukan untuk membantu mengurangi permasalahan kemacetan lalu lintas yang ada di Jakarta:
1. Memperbaiki pelayanan transportasi umum
Ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan seseorang merasa enggan untuk menggunakan kendaraan umum, salah satunya adalah dari segi keamanan dan kenyamanan. Banyak orang yang malas untuk menunggu angkutan umum yang kadang tidak tepat waktu, jalan secara ugal-ugalan, belum lagi mereka harus berdesak-desakan dengan penumpang lainnya serta terus meningkatnya angka kriminalitas di dalam angkutan umum. Ya tentu saja hal ini membuat banyak orang menjadi berpikir dua kali ketika hendak memilih untuk menggunakan transportasi umum.
Sudah selayaknya anjuran pemerintah untuk menggunakan transportasi umum diimbangi dengan peningkatan pelayanan sarana transportasinya, mulai dari segi keamanan, kenyamanan, keteraturan, kedisiplian pengemudinya, ketepatan waktu serta tarifnya yang terjangkau sehingga membuat orang tak lagi perlu berpikir untuk beralih menggunakan kendaraan umum yang pada akhirnya kepadatan lalu lintas yang ditimbulkan oleh banyaknya penggunaan kendaraan pribadi dapat berkurang.
2. Batasi jumlah kendaraan
Banyak yang berpikir bahwa “Kalo ga pengen macet, ya gak usah beli kendaraan”. Oke, pendapat tersebut memang tidak ada salahnya, dengan tidak membeli kendaraan baru mungkin bisa saja kita dapat terhindar dari penumpukan kendaraan bermotor di jalanan, lantas bagaimana dengan nasib produsen kendaraan tersebut?
Saya rasa pembatasan jumlah kendaraan dengan cara mengurangi angka pembelian merupakan hal yang masih sulit untuk dilakukan. Sebenarnya masih ada cara lain yang mungkin dapat dilakukan yang masih ada kaitannya dengan pengendalian jumlah kendaraan agar dapat sesuai dengan daya tampung ruas jalan yang ada. Misalnya dengan membatasi satu nama orang hanya boleh digunakan untuk kepemilikan satu kendaraan, atau satu rumah hanya boleh memilki satu kendaraan roda empat dan satu roda dua, atau mungkin juga dengan cara membatasi umur kendaraan seperti yang sudah dijalankan di beberapa Negara tetangga serta bisa juga dengan sering melakukan penertiban kendaraan-kenadaraan yang tidak dilengkapi dengan surat-surat.
3. Pemanfaatan moda air
Di kota-kota besar di luar negeri sana tidak sedikit yang memanfaatkan kendaraan air yang memanfaatkan moda air sebagai sarana transportasi massal. Di Jakarta sendiri sebenarnya banyak kali atau sungai serta kanal yang mungkin bisa kita manfaatkan sebagai sarana transportasi alternatif. Namun lagi-lagi tentu saja hal ini juga tidak segampang itu, pemerintah perlu melakukan perbaikan serta pembenahan bantaran sungai dan kanal agar bisa digunakan dengan baik sebagai sarana prasarana angkutan umum air serta dapat agar terintegrasi dengan baik yang pada akhirnya dapat mengurangi kemacetan lalu lintas.
Untuk mewujudkan hal ini, memang dibutuhkan dana serta jangka waktu yang tidak sedikit. Semoga saja hal ini bisa untuk dipertimbangkan sebagai solusi jangka panjang mengatasi kemacetan di kota Jakarta.
4. Pengaturan jam kerja, jam sekolah, serta jam perusahaan agar tidak dalam jam yang bersamaan.
Macet kerap terjadi pada jam-jam sibuk, terutama pada jam-jam berangkat sekolah, berangkat kantor serta jam-jam kerja lainnya. Sebab, pada jam-jam tersebut orang-orang yang memiliki aktifitas khususnya yang melakukan perjalanan menggunakan kendaraan akan tumpah ruah ke jalan memadati jalanan yang ada. Untuk mengurangi kemacetan, agaknya hal ini mungkin perlu untuk dikaji ulang agar tidak terjadi kepadatan kendaraan pada jam-jam aktifitas tersebut.
5. Evaluasi putaran (U Turn) dan traffic light (Lampu Merah).
Di sadari atau tidak, putaran (U Turn) di beberapa titik pusat perbelanjaan serta perkantoran sering mengakibatkan penyempitan yang berujung pada kepadatan alur lalu lintas. Keberadaan putaran tersebut memang sangat bermanfaat, namun jika terlalu banyak serta jarak yang terlalu berdekatan tentu saja malah akan menimbulkan kepadatan kendaraan yang melintas. Selain untuk mengurangi potensi kemacetan, evaluasi putaran (U turn) tersebut juga diharapkan dapat mengurangi keberadaaan Polisi Cepek.
Sama halnya dengan keberadaan traffic Light atau yang lebih kita kenal dengan sebutan lampu merah. Umumnya lampu merah berfungsi sebagai pengendali arus lalu lintas, namun di beberapa titik durasi traffic light yang terlalu lama malah menjadi sumber kemacetan dikarenakan terjadinya penumpukan kendaraan. Mungkin ada baiknya durasi traffic light tersebut agar dipertimbangkan kembali.
Dari sekian banyak solusi yang tadi saya uraikan semua itu takkan berarti apa-apa tanpa adanya kerja sama dengan peran masyarakat sebagai pengguna jalan itu sendiri. Sebab yang saya lihat kemacetan itu sendiri kerap terjadi justru karena diakibatkan banyaknya pengguna jalan yang melanggar peraturan lalu lintas. Mulai dari angkot yang ngetem bukan pada tempatnya, penggendara sepeda motor yang suka melawan arus dan putar balik bukan pada tempatnya, mobil yang parkir sembarangan, belum lagi kendaraan-kendaraan yang tidak dilengkapi dengan surat-surat yang masih sering berkeliaran di jalanan yang hanya menambah volume kendaraan di jalanan serta pelangaran-pelanggaran lain yang masih saja sering dilakukan secara massal. Sepertinya terdengar sepele, namun justru karena pelanggaran-pelanggaran sepele itulah justru yang justru berpotensi untuk memperparah kemacetan yang ada.
Beberapa orang pasti pernah melakukan pelanggaran dalam berlalu lintas (seperti menerobos lampu merah, masuk ke jalur busway atau putar balik bukan pada tempatnya, dan lain-lain) dengan alasan: Tidak adanya polisi yang bertugas di lokasi tersebut. Beberapa pengendara yang memang sudah terbiasa tidak tertib tentu saja menganggap hal ini merupakan sebuah kesempatan untuk melanggar peraturan lalu lintas, beberapa orang lagi mungkin cuma ikut-ikutan kendaraan yang ada di depannya yang jelas-jelas salah. Jika hal ini terus dibiarkan, maka keadaan ini akan terus memunculkan kesempatan-kesempatan bagi para pengendara yang tidak tertib untuk terus melakukan pelanggaran.
Di beberapa tempat yang kebetulan sering saya lewati, beberapa petugas terkesan membiarakan para pengendara yang terbukti melakukan pelanggaran. Saya sendiri kurang mengerti, entah memang ada beberapa golongan tertentu yang memang berhak mendapatkan kompensasi bebas dari sanksi, atau memang ada jam-jam tertentu yang memang diperbolehkan untuk melakukan pelanggaran, atau memang ada alasan lain.
Bukankah sudah menjadi kewajiban petugas untuk menindak para pelanggar? Yang pasti kesalahan para pelanggar yang dibiarkan oleh para petugas akan membuat mereka berpikir seolah-olah kesalahan tersebut sudah menjadi sebuah kebenaran. Dan dengan begitu akan membuat mereka menjadi teribiasa dengan pelanggaran-pelanggaran lalu lintas. Mengutip dari pesan Bang Napi yang sudah saya sedikit ubah: “Pelanggaran berlalu lintas terjadi bukan karena adanya niat pengendaranya, tapi karena adanya kesempatan...”. Untuk itulah saya berharap kepada para petugas untuk selalu menindak tegas para pelanggar tersebut.
Pada dasarnya masyarakat bukan takut pada peraturannya, tapi takut pada petugas yang ada. Masyarakat hanya tertib ketika ada petugas, dan ketika tidak ada petugas mereka akan berbuat semaunya di jalanan. Ketika pengguna kendaraan tersebut tidak tertib tentu saja akan mengganggu hak pengendara lain yang pada akhirnya berpotensi memperparah kemacetan, sebaliknya ketika pengendara tersebut tertib dengan peraturan yang ada maka kemungkinan situasi kemacetan akan sedikit berkurang.
Beberapa bulan lalu, tidak sengaja saya menyaksikan sebuah liputan yang menayangkan ide penempatan manekin atau boneka manusia berseragam polisi yang diletakan di tepi jalan dengan tujuan untuk mengantisipasi kecelakaan. Boneka-boneka tersebut secara tidak sengaja telah memberi efek visual kepada setiap pengendara sehingga mereka secara otomastis akan mengurangi kecepatan mereka serta menghindari segala bentuk pelanggaran dalam berlalulintas. Selain ide tersebut cukup unik dan kreatif, nyatanya cara tersebut cukup efektif jika dilihat angka kecelakaan yang ada di lokasi tersebut.
Saya pikir ide tersebut bisa diadopsikan di beberapa jalan di kota Jakarta, terutama di titik-titik yang sering ditemukan pelangaran-pelangaran berlalu lintas. Misalnya di sekitar lokasi lampu merah yang sering ditemui para penerobos lampu merah, di sekitar lokasi putaran yang tidak digunakan sebagai mana mestinya, atau mungkin di sekitar lokasi yang sering digunakan oleh pengendara untuk melawan arus. Dengan adanya manekin-manekin yang menyerupai personil kepolisian lengkap dengan seragam kepolisian, serta helm polisi tersebut diharapkan bisa berfungsi untuk mengurangi jenis-jenis pelanggaran lalu lintas yang sering dilakukan oleh masyarakat.
Terlepas dari pro dan kontra, dengan adanya manekin-manekin mirip polisi tersebut bukan berarti polisi yang beneran bisa bebas dari tugasnya. Ketika ada pengendara yang masih saja nekat melakukan pelanggaran, tentu saja ini menjadi tugas polisi yang beneran untuk segera menindak pelaku pelanggaran tersebut.
Kemacetan bukanlah masalah yang harus di selesaikan oleh pemerintah sendiri ataupun oleh Polisi Lalu Lintas sendiri, tapi masalah kemacetan adalah masalah yang harus kita selesaikan bersama-sama baik oleh pemerintah, petugas maupun masyarakat selaku sebagai pengguna jalan.
Selama ini kita hanya berpikir bahwa untuk mengatasi kemacetan lalu lintas adalah tugas pemerintah. Sungguh sebuah pemikiran yang dangkal. Apappun kebijakan pemerintah terkait untuk mengatasi kemacetan tidak akan artinya apa-apa jika kita sendiri sebagai pengguna jalan tidak turut serta berperan untuk mengatasi kemacetan misalanya dengan taat pada tata tertib lalu lintas yang ada. Hal kecil inilah yang diharapkan bisa merubah sesuatu ketika kita semua mau untuk melakukannya.
Saya sendiri heran, meski pelanggar sering diberi sanksi tegas, namun rasanya sanksi-sanksi tersebut tidak membuat mereka jera. Terbukti hampir hampir setiap hari selalu saja ada pelanggar yang melakukan pelanggaran yang sama. Sebenarnya bagian mananya yang salah? Apakah sanksi yang dijatuhkan masih terbilang ringan sehingga tidak menimbulkan efek jera atau memang para pelanggarnya yang memang bebal dan susah diatur?
Sebagai pengguna jalanan di Jakarta saya berharap pada Polisi Lalu Lintas yang bertugas untuk selalu menindak tegas setiap pelanggar. Saya rasa, hanya dengan cara tersebut kemacetan dapat sedikit berkurang. Mengingat entah berapa banyak solusi yang dihadirkan oleh pemerintah untuk mengurangi kemacetan namun sampai sekarang hasilnya masih saja nihil.
Banyak orang yang tidak sadar bahwa mereka yang mengeluhkan kemacetan justru diri mereka sendirilah yang menjadi biang kemacetan yang ada di Jakarta. Percuma setiap hari teriak macet jika mereka sendiri tidak tertib dan disiplin dan berkendaraan. Mereka yang tidak mau mengalah, mereka yang tidak menghargai hak pengguna jalan yang lain, dan mereka yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Orang-orang tesebutlah yang menjadi pemicu semakin kronisnya kemacetan yang ada di Jakarta.
Sejitu apapun solusi pemerintah untuk mengatasi kemacetan, hanya akan terdengar sebatas basa-basi, selama semua orang kurang punya kesadaran diri dalam berlalu lintas. Saya yakin tidak sedikit juga orang yang sadar bahwa yang mereka lakukan itu salah, bahwa yang mereka lakukan itu melanggar hak orang lain, dan yang mereka lakukan itu terkadang membahayakan baik bagi dirinya maupun bagi orang lain, namun tetap saja mereka melakukanya dan seolah-olah telah membudaya. Hal tersebut menandakan bahwa kesadaranpun tidak cukup membuat mereka sadar.
Untuk menanggulangi hal tersebut saya hanya berharap sepenuhnya kepada Ditlantas selaku yang bertugas untuk menyelenggarakan dan membina fungsi lalu lintas kepolisian bekerja sama dengan masyarakat selaku sebagai pengguna jalan untuk dapat meningkatkan kesadaran, kedisiplinan, serta ketaatan dalam berkendara.
*Tulisan ini merupakan versi penuh dari tulisan ini
*Tulisan ini merupakan versi penuh dari tulisan ini
Image by Pixabay.com |