Selamat Jalan Nek...
Wednesday, March 09, 2011Selamat jalan Nek...
Aku sadar aku bukanlah cucu yang baik buatmu, tapi aku yakin engkau adalah nenek sangat baik dah penuh kasih sayang di mataku. Tapi, ternyata Tuhan berkata lain, DIA justru malah jauh lebih sayang terhadapmu, DIA memanggilmu untuk kembali kepada-Nya karena DIA telah memilihkan tempat yang layak untukmu di sisi-Nya. Meskipun terasa berat, tapi aku ikhlas dengan takdir ini. Aku terima dengan lapang dada, karena toh semua memang tak bisa ditawar lagi kan? Cuma satu hal yang aku sesalkan, mengapa engkau pergi tanpa sedikitpun menyempatkan pamitmu untukku?
Selamat jalan Nek...
Aku sadar, selama satu tahun terakhir engkau jarang ku sapa, ku kunjungi atau ku telefon untuk sekedar menanyakan kabarmu. Betapa bodohnya aku yang telah mengabaikanmu disaat kau masih ada. Sungguh aku sangat menyesali segala perbuatanku itu. Bahkan ketika engkau pergi untuk selamanya pun aku tak bisa melihat sosokmu untuk terakhir kalinya.
Dan baru tadi pagi, di saat ku tatap gundukan tanah serta taburan bebunga yang masih segar itu, mendadak hatiku merasa trenyuh. Tanpa sadar mataku berkaca-kaca, membayangkan tubuhmu terbaring kaku terbalut kain kafan di sana. Tiada nafas yang kau hembuskan, tiada lagi senyum yang kau berikan. Hanya ada sisa-sisa kenangan saat engkau masih hidup, semua masih terekam jelas di kepalaku. Entah berapa ratus kali rekaman itu berputar di kepalaku, hingga tak kuasa ku menitikan air mataku.
Selamat jalan Nek...
Semua mungkin sudah terlambat. Segala kebaikan, kasih sayang, perhatian dan ketulusanmu yang tak pernah sempat aku balas, kini hanya bisa ku tebus dengan doa-doa yang kan selalu menyertaimu.
Meski kini engkau telah tiada, namun segala nasehat dan petuahmu akan selalu hidup di dalam hatiku.
Selamat jalan Nek...
Damailah engkau di sana...
Aku sadar aku bukanlah cucu yang baik buatmu, tapi aku yakin engkau adalah nenek sangat baik dah penuh kasih sayang di mataku. Tapi, ternyata Tuhan berkata lain, DIA justru malah jauh lebih sayang terhadapmu, DIA memanggilmu untuk kembali kepada-Nya karena DIA telah memilihkan tempat yang layak untukmu di sisi-Nya. Meskipun terasa berat, tapi aku ikhlas dengan takdir ini. Aku terima dengan lapang dada, karena toh semua memang tak bisa ditawar lagi kan? Cuma satu hal yang aku sesalkan, mengapa engkau pergi tanpa sedikitpun menyempatkan pamitmu untukku?
Selamat jalan Nek...
Aku sadar, selama satu tahun terakhir engkau jarang ku sapa, ku kunjungi atau ku telefon untuk sekedar menanyakan kabarmu. Betapa bodohnya aku yang telah mengabaikanmu disaat kau masih ada. Sungguh aku sangat menyesali segala perbuatanku itu. Bahkan ketika engkau pergi untuk selamanya pun aku tak bisa melihat sosokmu untuk terakhir kalinya.
Dan baru tadi pagi, di saat ku tatap gundukan tanah serta taburan bebunga yang masih segar itu, mendadak hatiku merasa trenyuh. Tanpa sadar mataku berkaca-kaca, membayangkan tubuhmu terbaring kaku terbalut kain kafan di sana. Tiada nafas yang kau hembuskan, tiada lagi senyum yang kau berikan. Hanya ada sisa-sisa kenangan saat engkau masih hidup, semua masih terekam jelas di kepalaku. Entah berapa ratus kali rekaman itu berputar di kepalaku, hingga tak kuasa ku menitikan air mataku.
Selamat jalan Nek...
Semua mungkin sudah terlambat. Segala kebaikan, kasih sayang, perhatian dan ketulusanmu yang tak pernah sempat aku balas, kini hanya bisa ku tebus dengan doa-doa yang kan selalu menyertaimu.
Meski kini engkau telah tiada, namun segala nasehat dan petuahmu akan selalu hidup di dalam hatiku.
Selamat jalan Nek...
Damailah engkau di sana...
0 komentar