Omet Rockavanka: February 2013

#CeritaMistis : Penampakan Sesosok Bayangan Hitam Di Kontrakan

Gue tinggal di sebuah kontrakan berukuran lumayan sedang bersama orang tua gue. Kontrakan tersebut terdiri dari 3 bilik, masing-masing bilik berukuran kurang lebih 3 meter persegi. Setiap bilik mempunyai multi fungsi yang berbeda-beda. Bilik paling depan, selain biasa buat tidur orang tua gue, bisa juga dijadikan sebagai ruang tamu. Bilik tengah, selain biasa buat tidur gue, bisa juga dijadikan sebagai ruang makan + ruang TV + ruang keluarga. Dan bilik yang terakhir atau yang paling belakang, selain digunakan buat dapur, bisa juga dijadikan sebagai tempat pelihara tikus. Masing-masing akses yang menghubungkan antara bilik yang satu dengan bilik yang lainnya tidak dilengkapi pintu, hanya ditutup dengan sebuah kain horden.

Kejadian mistis ini terjadi beberapa tahun silam. Kalo nggak salah, saat itu tepat pas malem jumat. Ketika itu gue udah tertidur di lantai dengan posisi menghadap ke TV. Entah bagaimana caranya, tiba-tiba gue terbangun karena lampu mendadak padam. Padahal sumpah...!!! Gue inget banget malam itu gue tidurnya merem, nggak melek nggak. Tapi kenapa gue bisa tau kalo baru aja mati lampu ya? Okeh lanjuuuuut...!!! Gue yang terbangun dalam keadaan gelap gulita, berusaha buat ngumpulin nyawa sambil mencoba memfokuskan padangan gue ke satu titik. Berhubung gue tidur pas menghadap ke TV, gue samar-samar melihat sesosok bayangan segede orang dewasa tepat di depan TV, dengan posisi badan seperti membelakangi gue. Dengan kepala sedikit diangkat (badan tetep rebahan), gue mencoba untuk memastikan bahwa yang gue lihat adalah orang. Yang pertama terlintas dipikiran gue sosok yang sedang berdiri tersebut adalah bokap gue. Berhubung gue masih ngantuk + males bangun, gue pun meminta pada sosok yang gue kira bokap gue tadi supaya nyalain lilin. "Pa, nyalain lilin dong, tuh lilinnya ada di samping TV". Namun sosok tersebut tetap diam tak bersuara dan tetap berdiri pada posisi yang sama, tanpa merespon sama sekali permintaan gue barusan. Lantas gue pun mencoba memastikan sekali lagi kalo sosok tersebut adalah bokap gue. "Pa... Pa...", dengan suara yang sedikit keras dari pada saat mengucap kalimat yang pertama tadi, kali aja suara gue yang pertama tadi kurang terdengar. Dan tiba-tiba sekejap lampu pun menyala, ruangan yang tadinya gelap gulita mendadak menjadi terang benderang. Gue yang kaget, berusaha untuk mengadaptasikan mata gue dengan cahaya yang menyala secara mendadak tadi. Dan apa yang terjadi? Jeeeeeeng... Jeeeeeeng...!!! Ternyata sesosok bayangan yang tadi berdiri di depan TV telah lenyap. Seketika itu juga mendadak bulu kuduk gue pada merinding semua, pikiran gue tiba-tiba jadi nggak karuan, gue merasa ada yang aneh. Gue lalu buru-buru menuju pintu yang menghubungkan bilik gue dengan bilik orang tua gue, dan kemudian menyibakan horden. Dan ternyata...!!! Ternyata...!!! (Sengaja gue ulang-ulang biar lebih dramatis...) Ternyata benar apa yang gue takutkan... bokap gue masih tertidur di tempat tidurnya. Jadi yang gue ajak ngomong barusan itu bukan bokap gue, tapi adalah... hiiiiiiii.

Sepanjang separuh sisa malam itu, pikiran gue terus menebak-nebak apa yang sebenernya barusan terjadi. Apakah cuma halusinasi? Atau cuma sekedar efek kombinasi gelap dan kondisi mata gue yang masih ngantuk? Entahlah.... Yang pasti detak jantung gue terus saja berdegup dengan begitu kencang mengingat apa yang baru saja gue alami.

Paginya, gue ceritain semua apa yang terjadi semalam kepada bokap gue. Namun, bokap gue tampak nggak merasa heran sama sekali dengan cerita gue, bahkan beliau malah bilang kalo dia udah sering liat sosok seperti itu di dalem kontrakan yang kami tempati. Mulai dari sosok anak kecil, sosok laki-laki tinggi besar, bahkan yang terakhir yang beliau liat adalah kuntilanak nggak jauh dari pintu belakang kontrakan. Anjriiiiit...!!! Ternyata banyak juga setan yang betah di kontrakan ini, jadi kalo diitung-itung rugi dong selama ini kami bayar kontrakan, udah mereka gratis numpang, sering gangguin kita lagi. Kampreeeeet....!!!

2Comments

, by Omet

In Essay,

Pendiam, Sombong sama Percaya Diri itu Beda !

Banyak orang yang pertama kali liat gue beranggapan kalo gue itu orangnya sombong, ga sedikit juga yang bilang kalo gue itu pendiam, cuma gara-gara gue jarang ngomong dan agak introvert. Sombong dan pendiam itu sekilas memang tampak mirip, karena keduanya sama-sama mengandung unsur 'kebisuan'. Tapi pada kenyataanya keduanya memiliki makna konotasi yang berbeda. Seseorang mungkin akan lebih senang disebut sebagai seorang pendiam ketimbang disebut sebagai seorang yang sombong, tentu saja karena sombong memiliki makna konotasi yang lebih buruk ketimbang pendiam. Untuk membedakannya, dapat kita lihat dari cara sikap/perilaku seseorang sehari-hari, sifat sombong lebih cenderung terkesan angkuh dan menganggap dirinya lebih baik dari pada orang lain yang berada di sekitarnya, sedangkan pendiam akan lebih cenderung pemalu dan tertutup. Nah... jelas banget perebedaanya bukan?

Di sisi lain, ada juga orang yang beranggapan bahwa sombong sama percaya diri itu mirip. Okeh... gue jelasin perbedaannya, orang sombong adalah orang yang terlalu membanggakan dirinya, dan percaya bahwa dirinya lebih baik dari siapa pun. Sedangkan orang percaya diri adalah orang yang percaya kemampuan yang ia miliki dan merasa selalu bisa melakukan apa pun tanpa harus memamerkan kepada orang lain. Orang sombong biasanya akan lebih banyak bicara tentang dirinya sendiri, tidak jarang pula dilebih-lebihkan agar terlihat lebih keren. Sedangkan orang yang percaya diri lebih memilih diam dan membuktikan bahwa dirinya bisa. Orang sombong lebih cenderung dijauhi teman, sedangkan orang percaya diri akan punya banyak teman karena mudah bergaul.

Biar ga bingung, mernding gue kasih contoh :

"Orang yang sombong setelah menginjak tai kebo maka dia akan merasa bangga dan langsung menceritakan pengalamannya ke semua orang bahwa dirinya baru saja menginjak tai kebo. Sedangkan untuk orang yang percaya diri, setelah menginjak tai kebo maka dia akan percaya pada dirinya sendiri bahwa yang barusan dia injak adalah tai ayam bukan tai kebo, meskipun yang barusan dia injak adalah benar-benar tai kebo."

2Comments

, by Omet

In Diary, Non Fiksi

Saya Golput... Saya Ga Dosa Kan Ya?

Hari ini kebetulan sedang berlangsung Pilgub (Pemilihan Gubernur) Jawa Barat. Meskipun saya tinggal di Jakarta, tapi setahun belakangan ini di KTP saya, saya terdaftar sebagai warga Jawa Barat. Dan itu artinya, saya memperoleh hak untuk memilih pada Pilkada kali ini, namun sayangnya saya sendiri memilih untuk tidak menggunakan hak pilih saya alias Golongan Putih (Golput). Saya ga dosa kan ya?

Sebenarnya saya agak risih ketika menyebut diri saya sendiri sebagai Golongan Putih, karena jika dilihat dari sisi manapun, orang akan tau kalo kulit saya itu tidaklah putih. Tapi who cares? Inilah keuntungan bagi kulit hitam setiap ada pilkada, dimana kaum kulit hitam boleh mengaku-ngaku putih tanpa ada yang protes. Kapan lagi coba bisa kaya gini?

Well... Ada satu buah pertanyaan yang mungkin ga penting buat dipikirin yang terlintas di pikiran saya : "Kalo ga ikut berpartisipasi dalam pilkada disebut sebagai golongan putih, lantas orang-orang yang ikut berpartisipasi disebut golongan merah gitu? Atau mungkin golongan hitam?". Soalnya bukan apa-apa, saya merasa kasian aja sama ibu-ibu yang udah semangat dandan maksimal dari subuh biar keliatan cantik dan putih, pada akhirnya akan disebut golongan hitam juga.

By the way... Menurut saya, ada beberapa alasan yang bikin orang lebih memilih golput ketika pilkada, diantaranya adalah : Pertama, ga kenal sama Calon Gubernurnya. Kedua, males berangkat ke TPSnya. Dan yang ketiga, Prinsip.

Untuk saya sendiri, saya memilih golput bukan karena saya ga kenal sama ke-5 cagub Jawa Barat. Bukankah mereka udah sering bolak-balik muncul di TV sebelumnya? Jadi bohong banget kalo ga kenal sama mereka. Saya sih udah kenal sama mereka semua, tapi sayangnya mereka semua ga ada yang kenal sama saya.

Terus buat yang memilih golput karena males berangkat ke TPS, saya sih ga nyalahin orang-orang yang pake alasan ini. Gimana ga males coba? Katanya kita disuruh nyumbang suara, tapi kenapa kita malah disuruh dateng ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah)? Ngapain coba? Lagian saya juga udah pesimis dengan suara saya sendiri, ga usah nyumbang suara juga suara saya memang udah sumbang dari sononya. Kalo suara saya bagus, pasti saya udah ikutan X-Factor Indonesia dan terkenal.

Nah buat yang golput karena prinsip, saya yakin prinsipnya mungkin hampir sama seperti prinsip yang dipake ketika saya masih jomblo dulu. Prinsipnya gini : "Hidup ini banyak pilihan, salah satunya adalah memilih untuk tidak memilih".

Ga memilih bukan berarti saya ga peduli. Justru karena saya peduli, makanya saya memilih golput. Saya peduli dengan asas keadilan. Kalo saya pilih no 1, ntar yang no 2,3,4,5 pada ngiri, ntar kalo saya pilih no 2, ntar yang no 1,3,4,5 pada ngiri, dan begitu seterusnya. Tapi kalo dipilih semua ntar jatohnya golput juga. Jadi sia-sia dong nyoblosnya, soalnya bangun pagi di hari minggu itu susah dan penuh perjuangan lho.

Well... Siapapun yang nantinya bakal jadi orang no 1 di Jawa Barat, saya yakin kalo beliau adalah orang yang mendapat suara terbanyak pilgub kali ini. Itu pasti.