Jangan Lupa Bahagia

Tuesday, May 31, 2016


Saya rasa di dunia ini nggak ada orang yang hidupnya ingin selalu bernasib sial, malang dan menyedihkan, kecuali dalam dunia sinetron (karena mereka memang dibayar untuk itu). Orang-orang yang dari awal cerita selalu bernasib malang dan selalu didzolimi oleh orang-orang disekitarnya maka akan mendapatkan kebahagiaannya pada akhir episode. Meskipun semua orang mengharapkan kebahagiaan, tapi entah kenapa hanya sedikit orang yang mau mendapatkan derita terlebih dahulu sebelum ia mendapatkan kebahagiaanya. Padahal teori kebahagian itu jelas : Berakit-rakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Agak klise memang, tapi itulah teori kebahagiaan yang paling klasik dan masih dipercaya hingga sekarang. Intinya, untuk bahagia itu nggak mudah, dibutuhkan sebuah pengorbanan untuk menggapainya. 

Setiap orang mungkin mempunyai definisi yang berbeda-beda untuk memaknai sebuah kebahagiaan. Bahkan dalam ranah linimasa twitter sendiri pernah tercipta sebuah hashtag #BahagiaItuSederhana. Di mana dalam taggar tersebut semua orang (yang punya twitter) bebas mendefinisikan bahagia yang paling sederhana itu seperti apa. Mulai dari sekedar bisa BAB rutin setiap pagi, mendapat ucapan selamat pagi dari gebetan, hingga cuma sekedar bisa makan nasi padang setelah sejak lahir tidak pernah makan nasi padang. Semua sah-sah saja. Sekali lagi definisi bahagia bagi setiap orang itu berbeda-beda, lain orang lain pula versinya. Tapi ngomong-ngomong apakah bahagia itu masih akan terlihat sesimple itu jika apa yang menurut kita membuat bahagia ternyata menyedihkan bagi orang lain? 

Baiklah, balik lagi. Dari hashtag #BahagiaItuSederhana itu tadi dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan bukan cuma diukur dari materi saja. Orang yang hidupnya jauh dari kata mewah pun bisa bahagia, sebaliknya orang yang punya harta berlebih bisa jadi hidup mereka kurang bahagia. Semua tergantung pada kadar rasa syukur yang dimilki oleh masing-masing orang. Semakin tinggi rasa syukur yang dimiliki, maka orang tersebut akan lebih dekat dengan kebahagiaan. 

Mungkin kamu pernah mendengar kalimat : “Masa kecil kurang bahagia”. Kalimat ini pada umumnya diucapkan ketika melihat orang yang bukan anak kecil lagi melakukan sesuatu yang lazimnya hanya dilakukan oleh anak kecil dengan tujuan untuk mempersenang diri sendiri. Selama itu tidak mengganggu kebahagiaan orang lain dan selama kita bisa mempertanggungjawabkan kebahagiaan kita, kenapa tidak? 

Kamu juga pasti sering mendengar semboyan “Yang penting happy”. Meskipun bukan tujuan yang paling utama, tapi mendapatkan kebahagian merupakan prioritas penting dalam segala hal. Kita hanya perlu mempertimbangkan : Kira-kira merusak kebahagian orang lain atau tidak apa yang menurut kita bisa membahagiakan diri kita sendiri? Jadi, meskipun korupsi bisa bikin kita bahagia, tapi kalo ternyata berpotensi bikin banyak orang lain menjadi tidak bahagia, kenapa masih saja dilakukan? 

Mungkin kamu pernah juga berkhayal untuk menjadi orang lain yang menurut kamu lebih bahagia dari kamu. Atau mungkin sering membanding-bandingkan apa yang kita miliki dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Baiklah… Saya sering. Membayangkan menjadi orang lain ataupun membadingkan apa yang kita miliki dengan kepunyaan orang lain yang menurut kita hidupnya lebih bahagia dari kita mungkin memang nggak dosa. Tapi apapun alasannya, saat kita merasa kurang puas dengan keadaan kita sekarang ini, yang ada kita malah sangat rawan untuk masuk ke dalam golongan orang-orang yang lupa bersyukur. Dan kembali lagi, saat kita kurang bersyukur maka kita akan semakin berpotensi untuk sering merasakan ketidakbahagiaan. 

Saya rasa hal ini nggak perlu kita alami kalo seandainya kita tidak terlalu fokus pada apa yang kita inginkan, tapi lebih fokus pada apa yang telah kita miliki. Terlalu banyak keinginan memang nggak salah, tapi sadar atau nggak justru hal inilah yang malah membuat hidup kita selama ini jadi ‘kurang merasa tenteram’. Apa yang kamu miliki saat ini, itulah jatah yang udah Tuhan anugerahkan buat kamu, jadi nikmati dan syukurilah. Toh Tuhan pasti lebih tau kebutuhan hidup seseorang sesuai dengan porsinya. Kalo kamu pengin porsi yang lebih dari yang sekarang, maka berusahalah, bukan cuma memasukannya ke dalam daftar keinginan dan kemudian mengkhayalkannya. 

Bahagia adalah harapan semua orang. Itulah mungkin kenapa dalam lagu selamat ulang tahun kita selalu didoakan “Selamat panjang umur dan bahagia”. Padahal kalo dipikir-pikir, panjang umur belum tentu menjamin kebahagiaan seseorang. Konon, orang-orang yang baik matinya lebih cepat dari orang-orang yang semasa hidupnya sering berbuat tidak menyenangkan untuk orang lain. Atau dengan kata lain : Orang yang baik katanya dipanggil sama Tuhan-Nya lebih cepet daripada orang yang nggak baik. Terserah percaya atau tidak? 

Ngomong-ngomong, apakah saya sudah bahagia saat ini? Sebuah pertanyaan sederhana yang tidak sengaja terlintas dipikiran saya belum lama ini. Mungkin tidak sengaja pernah terlintas juga dipikiran kamu juga. Namun pertanyaan tersebut seolah-olah menyerupai sebuah jebakan yang justru malah menjebak diri kita sendiri. Saat kita merasa bahwa kita tidak sedang bahagia dengan keadaan kita saat ini, bisa jadi kita sedang tidak bersyukur atas apa yang telah kita miliki. Sebab, ketika kita kurang bersyukur, apa yang ada di sekitar kita seolah-olah hanya akan terasa lebih mempersulit kita untuk bahagia. 

Yang terakhir tapi nggak kalah penting, sesibuk apapun kamu untuk membahagiakan orang lain, jangan sampai kamu lupa untuk bahagiain diri kamu sendiri. Sebab semua orang berhak kok untuk bahagia. Lakukan apapun yang menurutmu bisa membuatmu bahagia tanpa harus menyakiti orang lain. Siapa tau kebahagiaan kamu merupakan kebahagiaan bagi orang lain juga. 

*Sebelumnya tulisan ini pernah dipublish di merasabodoh.com

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Instagram

Subscribe